1. a. Budaya khas Banyuwangi
Mengapa Banyuwangi di juluki Kota Santet?
Imajinasi Banyuwangi sebagai kota "santet" memang tidak
terbantahkan. Apalagi di kota ini pernah terjadi peristiwa memilukan
ketika 100 orang lebih dibunuh karena dituduh memiliki ilmu santet atau
yang dikenal luas masyarakat dengan "Tragedi Santet" Tahun 1998.
Belum lagi kecemasan sebagian besar masyarakat ketika suami, istri atau
anaknya harus bertugas di Banyuwangi merupakan kondisi psikologis yang
tidak terbantahkan jika di kota yang dikenal dengan kesenian gandrungnya
itu sebagai kota santet. Namun, Anda jangan keburu berburuk
sangka dengan menilai masyarakat Banyuwangi itu kejam karena hanya
mengaitkan kota ini dengan peristiwa yang pernah mengguncan publik nasional maupun internasional tersebut. Masalahnya, ilmu santet dalam pengertian masyarakat Banyuwangi tidak
selalu bertujuan untuk menghabisi nyawa seseorang yang dianggap
musuhnya. Namun sebagian besar pemahaman ilmu santet di daerah ini
lebih untuk keperluan bagaimana mempengaruhi orang lain agar tertarik
kepada mereka yang memakai jasa santet tersebut.
sumber : https://id-id.facebook.com/CDG.Lovers/posts/483879101691153
b. makanan
kuliner Asal Banyuwangi Super Pedas yaitu Resep Nasi Tempong Khas
Banyuwangi yang akhir-akhir ini sedang menjadi pembicaraan hangat di
Bali Denpasar mungkin juga di kota-kota lainnya. Kata Tempong sendiri
artinya “Tamparan”, pasti karena sambel terasinya yang pedas itu membuat
muka menjadi merah seperti habis kena tampar mirip-mirip sambal setan
tetapi lebih pedas sambalnya Nasi Tempong, sebenarnya Nasi Tempong yang
di jual di pinggir jalan Hayam Wuruk Denpasar agak berbeda dengan yang
ada di Banyuwangi, mungkin agak di modifikasi sedikit seperti printer
aja di modif, namun rasa sambal/sambel terasi nya sama-sama pedasnya.
sumber : http://radiksacepek28.wordpress.com/kuliner/nasi-tempong-khas-banyuwangi-asli/
c. Ciri khas Banyuwangi : Tari gandrung
Tarian Gandrung Banyuwangi dibawakan sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat setiap habis panen.
[1]. Kesenian ini masih satu
genre dengan seperti Ketuk Tilu di Jawa Barat, Tayub di Jawa Tengah dan Jawa Timur bagian barat, Lengger di wilayah Banyumas dan Joged Bumbung di Bali, dengan melibatkan seorang wanita penari profesional yang menari bersama-sama tamu (terutama pria) dengan iringan musik (gamelan).[butuh rujukan]Gandrung merupakan seni pertunjukan yang disajikan dengan iringan musik khas perpaduan budaya Jawa dan Bali.[butuh rujukan] Tarian dilakukan dalam bentuk berpasangan antara perempuan (penari gandrung) dan laki-laki (pemaju) yang dikenal dengan "paju"[2]
Bentuk kesenian yang didominasi tarian dengan orkestrasi khas ini populer di wilayah
Banyuwangi yang terletak di ujung timur Pulau Jawa,
dan telah menjadi ciri khas dari wilayah tersebut, hingga tak salah
jika Banyuwangi selalu diidentikkan dengan gandrung. Kenyataannya,
Banyuwangi sering dijuluki Kota Gandrung dan patung penari gandrung dapat dijumpai di berbagai sudut wilayah Banyuwangi.
Gandrung sering dipentaskan pada berbagai acara, seperti perkawinan,
pethik laut, khitanan, tujuh belasan dan acara-acara resmi maupun tak
resmi lainnya baik di Banyuwangi maupun wilayah lainnya. Menurut
kebiasaan, pertunjukan lengkapnya dimulai sejak sekitar pukul 21.00 dan
berakhir hingga menjelang subuh (sekitar pukul 04.00).
sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Gandrung_Banyuwangi