Rabu, 20 Agustus 2014

Tentang Banyuwangi

1. a. Budaya khas Banyuwangi


Mengapa Banyuwangi di juluki Kota Santet?
         Imajinasi Banyuwangi sebagai kota "santet" memang tidak terbantahkan. Apalagi di kota ini pernah terjadi peristiwa memilukan ketika 100 orang lebih dibunuh karena dituduh memiliki ilmu santet atau yang dikenal luas masyarakat dengan "Tragedi Santet" Tahun 1998.
Belum lagi kecemasan sebagian besar masyarakat ketika suami, istri atau anaknya harus bertugas di Banyuwangi merupakan kondisi psikologis yang tidak terbantahkan jika di kota yang dikenal dengan kesenian gandrungnya itu sebagai kota santet. Namun, Anda jangan keburu berburuk sangka dengan menilai masyarakat Banyuwangi itu kejam karena hanya mengaitkan kota ini dengan peristiwa yang pernah mengguncan publik nasional maupun internasional tersebut. Masalahnya, ilmu santet dalam pengertian masyarakat Banyuwangi tidak selalu bertujuan untuk menghabisi nyawa seseorang yang dianggap musuhnya. Namun sebagian besar pemahaman ilmu santet di daerah ini lebih untuk keperluan bagaimana mempengaruhi orang lain agar tertarik kepada mereka yang memakai jasa santet tersebut.

sumber : https://id-id.facebook.com/CDG.Lovers/posts/483879101691153

b. makanan

            kuliner Asal Banyuwangi Super Pedas yaitu Resep Nasi Tempong Khas Banyuwangi yang akhir-akhir ini sedang menjadi pembicaraan hangat di Bali Denpasar mungkin juga di kota-kota lainnya. Kata Tempong sendiri artinya “Tamparan”, pasti karena sambel terasinya yang pedas itu membuat muka menjadi merah seperti habis kena tampar mirip-mirip sambal setan tetapi lebih pedas sambalnya Nasi Tempong, sebenarnya Nasi Tempong yang di jual di pinggir jalan Hayam Wuruk Denpasar agak berbeda dengan yang ada di Banyuwangi, mungkin agak di modifikasi sedikit seperti printer aja di modif, namun rasa sambal/sambel terasi nya sama-sama pedasnya.

sumber : http://radiksacepek28.wordpress.com/kuliner/nasi-tempong-khas-banyuwangi-asli/

c. Ciri khas Banyuwangi : Tari gandrung
 
Tarian Gandrung Banyuwangi dibawakan sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat setiap habis panen.[1]. Kesenian ini masih satu genre dengan seperti Ketuk Tilu di Jawa Barat, Tayub di Jawa Tengah dan Jawa Timur bagian barat, Lengger di wilayah Banyumas dan Joged Bumbung di Bali, dengan melibatkan seorang wanita penari profesional yang menari bersama-sama tamu (terutama pria) dengan iringan musik (gamelan).[butuh rujukan]Gandrung merupakan seni pertunjukan yang disajikan dengan iringan musik khas perpaduan budaya Jawa dan Bali.[butuh rujukan] Tarian dilakukan dalam bentuk berpasangan antara perempuan (penari gandrung) dan laki-laki (pemaju) yang dikenal dengan "paju"[2]
Bentuk kesenian yang didominasi tarian dengan orkestrasi khas ini populer di wilayah Banyuwangi yang terletak di ujung timur Pulau Jawa, dan telah menjadi ciri khas dari wilayah tersebut, hingga tak salah jika Banyuwangi selalu diidentikkan dengan gandrung. Kenyataannya, Banyuwangi sering dijuluki Kota Gandrung dan patung penari gandrung dapat dijumpai di berbagai sudut wilayah Banyuwangi.
Gandrung sering dipentaskan pada berbagai acara, seperti perkawinan, pethik laut, khitanan, tujuh belasan dan acara-acara resmi maupun tak resmi lainnya baik di Banyuwangi maupun wilayah lainnya. Menurut kebiasaan, pertunjukan lengkapnya dimulai sejak sekitar pukul 21.00 dan berakhir hingga menjelang subuh (sekitar pukul 04.00).
sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Gandrung_Banyuwangi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar